“Kepalaku Hamil Rindu”: Puisi Penuh Luka dan Cinta dari Key Kumbara Jiwa, Menggugah Dunia Sastra Digital

Mata Sosial Indonesia

Surabaya, 22 Juni 2025 — Dunia sastra kembali diguncang oleh unggahan puitis yang menyayat dari akun media sosial Key Kumbara Jiwa. Dengan judul metaforis “Kepalaku Hamil Rindu, Janinnya Bernama Engkau”, karya ini menyelami kedalaman rindu sebagai entitas hidup yang tumbuh dalam pikiran, menggeliat dalam kenangan, dan lahir dalam kata-kata yang tak pernah sampai.

Dalam puisinya, Key menulis: > “Kepalaku hamil rindu dan waktu tak kunjung menjadi bidan. Ia hanya duduk di pojok kesunyian, menghisap jam dinding seperti candu yang tak pernah selesai ditelan.”

Unggahan ini sontak menarik perhatian para pecinta sastra digital karena keberaniannya mengolah metafora biologis dan spiritual menjadi narasi emosional yang kuat. Rindu dalam puisi ini bukan sekadar perasaan, melainkan organisme yang tumbuh liar, menendang-nendang kenangan, dan menolak digugurkan oleh logika.

Key Kumbara Jiwa, yang dikenal lewat karya-karya kontemplatifnya, kembali menunjukkan bahwa media sosial bukan hanya ruang ekspresi instan, tapi juga panggung bagi sastra yang mendalam dan reflektif. Puisinya mengajak pembaca untuk merenungi bagaimana cinta dan kehilangan bisa menjelma menjadi “janin” yang hidup dalam pikiran, namun tak pernah benar-benar lahir ke dunia nyata.

Lebih dari sekadar curahan hati, karya ini mencerminkan gejala baru dalam dunia sastra Indonesia: lahirnya generasi penulis yang memadukan bahasa puitis dengan narasi personal yang intens, menjadikan media sosial sebagai medium literasi yang hidup dan berkembang.

Dengan gaya bahasa yang lirih namun tajam, Key menutup puisinya dengan harapan yang menggantung: > “Suatu saat engkau akan membaca puisi ini dan mengakui bahwa engkaulah anak rindu itu.”

Karya ini bukan hanya puisi, tapi juga potret jiwa yang menolak dilupakan. Sebuah kontribusi penting dalam lanskap sastra kontemporer yang layak diapresiasi dan didiskusikan lebih luas.

 

Kepalaku Hamil Rindu, Janinnya Bernama Engkau

Oleh: Key Kumbara Jiwa

Kepalaku hamil rindu dan waktu tak kunjung menjadi bidan. Ia hanya duduk di pojok kesunyian, menghisap jam dinding seperti candu yang tak pernah selesai ditelan.

Setiap malam aku mengidamkan suaramu, seperti perempuan yang mengigau tentang buah mangga yang tumbuh di bulan sabit paling bising. Aku mencium aroma tubuhmu yang ditanam angin ke dalam bantal dan aku menangis, sebab aku tahu; engkau tak pernah benar-benar tidur di sana.

Rahim pikiranku mulai menggeliat—sebab janin itu menendang-nendang kenangan, menyebut namamu dengan suara gagu yang memekik di lorong sunyi. Setiap detik menjadi kontraksi yang menyiksa—aku melahirkan engkau dalam kata-kata, tapi engkau tak pernah menjadi nyata.

Aku menulismu dengan tinta dari air ketuban waktu, namun sajak-sajakku hanya menangis di pojok buku harian yang tak pernah kau baca. Rindu ini bukan sekadar rasa, tapi organisme yang tumbuh liar seperti perdu berduri di dalam otakku yang terus mekar, tanpa musim, tanpa izin.

Kadang aku ingin menggugurkanmu dari ingatan—tapi hatiku menolak menjadi klinik aborsi. Ia terlalu cinta pada denyut kecil itu, pada napas samar yang tak pernah sempat menyentuh udara dunia.

Maka kutimang engkau dalam doa yang patah, kupeluk engkau seperti puisi yang tak selesai, kuteriakkan namamu dari ubun-ubun jiwa sambil berharap: Suatu saat engkau akan membaca puisi ini dan mengakui bahwa engkaulah anak rindu itu.

Surabaya, 22 Juni 2025

 

Sumber akun media sosial Key Kumbara Jiwa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *